I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Ikan merupakan salah satu sumber makanan yang
sangat dibuhtuhkan oleh manusia karena banyak mengandung protein. Dengan mengandung protein dan air yang cukup
tinggi, ikan termaksuk komoditi yang sangat mudah busuk (highly
perishabde). Oleh karena itu untuk
memenuhi kebutuhan konsumen yang selalu mengharapkan ikan segar, penanganan
ikan perlu dilakukan agar bisa sampai ketangan konsumen atau pabrik pengolahan
dalam keadaan segar atau mendekati segar (Afrianto, 1989).
Pada umumnya ikan
memiliki kandungan protein yang tersusun atas asam amino esensial yang lengkap,
dan lemak yang tersusun sebagian besar oleh asam lemak tak jenuh omega-3 yang
berkhasiat terhadap berbagai penyakit dan membantu perkembangan otak. Protein juga
dibutuhkan untuk pertumbuhan dan pengganti sel-sel tubuh kita yang telah rusak,
dan juga termasuk bagian utama dari susunan (komposisi) tubuh kita. Selain
mengandung protein, beberapa jenis ikan juga mengandung minyak ikan (vitamin A)
dan mineral-mineral yang berfaedah bagi manusia. Bagian tubuh ikan yang tidak
dimakan oleh manusia biasa juga dimanfaatkan sebagai makanan ternak ataupun
untuk campuran makanan ikan dalam kolam.
|
Ikan merupakan salah
satu makanan yang cepat rusak, karena ikan memiliki kandungan protein yang
sangat tinggi sehingga menyebabkan bau busuk yang sangat menyengat.
(http://www.resepmasakanindonesia.idcc.info/tips-memilih-ikan-segar-untuk-memasak.html).
1.2.
Tujuan dan Kegunaan
Tujuan
praktikum lapang Pengantar Teknologi Hasil Perikanan adalah untuk mengetahui
proses pengolahan yang dilakukan oleh masyarakat di tempat penjualan ikan, kemudian sanitasi dan higiene lokasi
penjualan dan produk selama penjualan, serta penyimpanan produk penjualan bila
tidak terjual. Kegunaan praktek lapang
Pengantar Teknologi Hasil Perikanan ialah
untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai pengolahan produk perikanan
serta hal-hal yang berhubungan dengan pengolahan produk perikanan.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Berdasarkan taksonomi, ikan cumi-cumi memiliki klasifikasi sebagai
berikut:
Domain: Eukarya
Kingdom: Animalia
Filum: Mollusca
Kelas: Cephalopoda
Ordo: Teuthida
Subordo: Myopsina
Famili: Loliginidae
Genus: Loligo
Spesies: Loligo sp.
(http://www.animaldiversity.ummz.umich.edu/).
Salah
satu penyebab kerusakan ikan adalah tingginya pH akhir daging ikan (biasanya pH
antara 6,4 - 6,6) karena rendahnya cadangan glikogen daging ikan. Dalam
keadaaan seperti ini ikan akan mengalami kerusakan karena bakteri sampai
kekejangan mati (rigormortis) selesai. Lanjut dikatakan pendinginan
setelah penangkaan ikan akan memperlambat berlangsungnya rigor atau
akibat lanjutannya, sehingga penanganan dengan mekanisme ini akan memperlambat
pertumbuhan bakteri. Umumnya nelayan menggunakan es selama penyimpanan di kapal
sampai ke TPI (tempat pelelangan ikan) (Suhartini dan Hidayat, 2001).
|
Menurut
Afrianto dan Liviawati (1989), proses pembusukan ikan dapat terjadi karena
perubahan akibat aktivitas enzim-enzim tertentu yang terdapat di dalam tubuh,
aktivitas bakteri dan mikroorganisme lain atau karena proses oksidasi lemak
udara. Biasanya aktivitas penyebab pembusukan dapat dikurangi atau dihentikan
sama sekali apabila suhu lingkungan diturunkan. Lanjut dikatakan es batu
merupakan medium.
Pendingin
yang paling baik bila dibandingkan dengan medium pendingin lain karena es batu
dapat menurunkan suhu tubuh ikan dengan cepat tanpa mengubah kualitas ikan dan
biaya yang diperlukan juga relatif lebih rendah bila dibandingkan dengan
penggunaan medium pendingin lain.
III. METODE PRAKTEK
3.1. Waktu dan Tempat
Praktek
lapang Pengantar Teknologi Hasil Parikanan di laksanakan pada hari Sabtu, 27 April
2013, Pukul 08.00 WITA, sampai selesai. Praktikum dilaksanakan di Jalan Cumi-cumi, Kelurahan Lere, Kecamatan
Palu Barat, Sulawesi Tengah.
3.2. Alat dan
Bahan
Alat
yang digunakan dalam pelaksanaan praktikum lapangan adalah alat tulis menulis dan alat
dokumentasi. Bahan pengamatan ialah produk perikanan yang dipasarkan oleh
masyarakat.
3.3. Metode
Pengumpulan Data
Cara
pengumpulan data yang digunakan dalam praktek lapangan Pengantar Teknologi
Hasil Perikanan, yaitu :
Ø
Wawancara langsung dengan penjual produk
perikanan serta masyarakat nelayan.
Ø
Studi pustaka dengan mencari dan membaca buku-buku yang berhubungan
dengan masalah penanganan dan pengolahan hasil perikanan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Hasil
yang diperoleh dari kegiatan praktek lapangan Pengantar Teknologi Hasil
Perikanan, dapat dilihat pada
gambar dan tabel sebagai berikut :
Gambar
1. Cumi (Loligo sp).
Tabel 1. Kegiatan pemasaran hasil perikanan di
kelurahan lere
No
|
Jenis komuditi
|
Pengolahan di lokasi Penjualan
|
Kebersihan (Lokasi dan Produk)
|
Penyimpanan produk yang tidak laku
|
||
1.
|
Cumi
– Cumi Segar
|
Menggunakan
Es batu dan Air Laut
|
v Plastik es
dikumpul dan sisa air dibuang dibelakang tempat penjualan
v
|
Di
simpan dalam fiber dan ditempatkan
pada lokasi penjualan.
|
4.2. Pembahasan
Berdasarkan wawancara
yang kami lakukan dipasar ikan kampung lere dengan beberapa penjual ikan,
diperoleh hasil bahwa ikan dan cumi-cumi segar yang dijual pada umumnya berasal
dari beberapa kabupaten yang ada di Sulawesi Tengah. Cumi - cumi yang
di jual didatangkan
dengan menggunakan alat transportasi motor dan mobil. Dalam pengangkutan, cumi-cumi disimpan dalam termos
dan fiber. Menurut penjual, tujuan dari penyimpanan tersebut
yaitu untuk menghambat proses pembusukan. Hal ini sesuai dengan
adanya pernyataan yang menyatakan bahwa Salah satu jenis bahan yang sering digunakan
sebagai pengemas ikan adalah fiber/kotak
gabus karena memiliki sifat insulasi terhadap panas. fiber dipilih karena
mampu mempertahankan kesegaran dan keutuhan pangan yang dikemas, ringan dan
inert terhadap keasaman pangan.
(http://www.suhanasulastri.blogspot.com/2011/03/pendinginan-ikan-dengan-es.html?m=1).
Menurut para pedagang ikan yang
diwawancarai, jika mereka menjual ikan yang segar, maka ikan akan cepat habis
karna laris dan dapat memberi keuntungan yang besar bagi para penjualnya karena
peminat dan pembeli ikan saat ini sudah mulai pandai memilih ikan yang menurut
mereka baik untuk dikonsumsi. Hal ini juga di jelasakan dengan adanya
pernyataan yang menyatakan bahwa salah satu faktor yang menentukan harga jual
di pasar adalah tingkat kesegaran ikan. Semakin segar ikan sampai ketangan
konsumen, harga jual ikan semakin mahal.
(http://www.diskanlut-jateng.go.id/index.php/read/news/detail/57).
Kondisi ikan cumi-cumi
yang dijual di pasar ikan kampung lere pada umumnya adalah ikan cumi-cumi yang masih
segar. Agar kesegaran ikan dapat bertahan lebih
lama, para pedagang
menggunakan es sebagai bahan pengawetnya. Hal ini diperkuat dengan adanya
pernyataan yang menyatakan bahwa es memainkan peran penting dalam mencegah
dehidrasi ikan selama penyimpanan. Es mendinginkan dengan cepat tanpa banyak
mempengaruhi keadaan ikan.
(http://www.suhanasulastri.blogspot.com/2011/03/pendinginan-ikan-dengan-es.html?m=1).
Untuk ikan yang berada di atas meja jualan, para pedagang selalu menyiramnya dengan air laut yang dicampur
dengan es agar ikan
tetap segar dan terhindar dari gangguan lalat. Sedangkan
ikan yang belum diletakkan di atas meja, ditaruh dalam fiber dengan es
dibiarkan mencair menggenangi ikan. Menurut Afrianto dan Liviawati (1989), es
batu merupakan medium pendingin yang paling baik bila dibandingkan dengan
medium pendingin lain karena es batu dapat menurunkan suhu tubuh ikan dengan
cepat tanpa mengubah kualitas ikan dan biaya yang diperlukan juga relatif lebih
rendah bila dibandingkan dengan penggunaan medium pendingin lain. Poernomo
(2002), menambahkan bahwa es yang digunakan dalam jumlah yang cukup dan dengan
cara yang dimiliki dua manfaat. Pertama, suhu yang sedikit di atas nol, dapat
memperlambat perkembangan bakteri dan kegiatan enzim. Kedua, lelehan es dapat
membasuh cumi -cumi, membersihkan secara perlahan dari lender, darah, kotoran
dan bakteri.
Kebersihan pasar
merupakan salah satu faktor yang
sangat penting peranannya terhadap mutu
penjualan ikan . Hal-hal yang sangat diperhatikan dalam sanitasi dan higiene
adalah kebersihan diri, kebersihan dan konstruksi tempat pengolahan, peralatan
yang digunakan, serta lingkungan tempat pengolahan. Menurut K. Atkinson (1967),
dalam Afrianto dan Liviawati (1989), bahwa kebersihan tempat kerja
sangat mentukan keberhasilan penanganan ikan.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dari
praktikum lapangan maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Fiber dan termos
es yan telah diberi es mampu menghambat proses pembusukan dan mempertahankan
kesegaran ikan cumi-cumi yang akan dipasarkan.
2. Tingkat kesegaran
ikan cumi-cumi sangat mempengaruhi harga jual ikan cumi-cumi.
3. Kebersihan tempat
kerja sangat menentukan mutu maupun kualitas ikan cumi-cumi yang akan di
pasarkan.
5.2. Saran
Saran dari kami para praktikan agar
dalam peningkatan mutu ikan segar yang dijual. Sebaiknya ikan yang dijual tidak
terkena kontak langsung dengan udara bebas,
karena kontak langsung dengan udara akan menyebabkan proses oksidasi lemak
sehingga timbul bau ketengikan yang menurunkan mutu dan daya jual. Cara
penjualan bisa menggunakan wadah yang tertutup rapat yang bagian atasnya berupa
plastik trasparan.
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto, E., dan Evi Liviawaty, 1989. Pengawetan
dan Pengolahan Ikan. Pemerbit Kanisius, Yogyakarta.
http://www.femina.co.id/article/mobArticleDetail.aspx?mc=003&smc=001&ar=28. Di Akses Pada Tanggal 03 Mei 2013.
http://www.diskanlut-jateng.go.id/index.php/read/news/detail/57. Di Akses Pada
Tanggal 03 Mei 2013.
http://www.resepmasakanindonesia.idcc.info/tips-memilih-ikan-segar-untuk-memasak.html. Di Akses Pada
Tanggal 03 Mei 2013.
http://www.suhanasulastri.blogspot.com/2011/03/pendinginan-ikan-dengan-es.html?m=1.
Diakses Pada Tanggal 04 Mei 2013.
Poernomo, S.H., 2002. Teknologi Pengolahan Ikan.
Departemen Kelautan dan Perikanan, Jakarta.
|
|
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar