Powered By Blogger

Minggu, 16 Januari 2011

Makalah Danau Poso Wayan


MAKALAH DANAU POSO
“Dulu Danau Poso, begitu banyak ikannya. Saya masih ingat, apabila ada saudara dari jauh datang bertamu ke rumah, seberapapun banyaknya tamu yang datang kami tak pernah khawatir menjamunya,. Hanya dalam waktu tak lebih dari satu jam memancing di Danau Poso, saya sudah dapat mengumpulkan Ikan Bungu sebanyak satu kantung plastik besar. Tapi sekarang…ikan ikan di Danau Poso ini, entah kemana perginya…. Ungkap salah seorang warga Tonusu Kecamatan Pamona Utara

Selain panoramanya yang indah, Danau Poso juga kaya akan keanekaragaman hayati, yang menjadi sumber protein masyarakat yang tinggal di sekitar Danau Poso. Namun saying, kini Ikan-ikan di danau Poso, semakin sulit didapatkan. Bahkan ironisnya, beberapa jenis ikan habitat asli Danau Poso, kini telah punah. Beberapa jenis ikan yang telah punah tersebut seperti, Ikan Bungu, Ikan Bontinge, kini telah benar-benar sulit ditemukan di danau Poso. Padahal kedua jenis ikan ini, sangat lesat dan bernilai gisi yang sangat tinggi. Selain itu, jenis ikan ini, mudah ditangkap.

Banyak kalangan berpendapat bahwa punahnya beberapa jenis ikan asli Danau Poso diakibatkan oleh beberapa hal; Pertama, ada yang berpendapat bahwa ketika Gunung Colo, di Kepulauan Togean meletus pada tahun 1983 yang lampau, beberapa jenis ikan asli Danau Poso, seperti ikan Bungu dan Ikan Bontinge, tiba-tiba hilang entah kemana. Kedua, Punahnya ikan asli Danau Poso, diakibatkan oleh ketamakan manusia yang menangkap ikan dengan cara penggunaan pukat damper, atau bahkan menggunakan setrum. Tak tanggung, sterum yang digunakan pun memnggunakan genset. Ketiga, penggunaan pestisida dan herbisida dan atau pupuk kimia, dalam system pertanian disekitar Danau Poso, telah melebihi ambang batas, yang kemudian memusnahkan habitat asli. Keempat, didatangkannya ikan-ikan dari luar yang cenderung menjadi predator bagi ikan-ikan asli Danau Poso. Beberapa pendapat yang muncul dikalangan masyarakat, yang menyebabkan punahnya habitat asli Danau Poso tersebut, patutlah menjadi perhatian kita semua, untuk mengantisipasi rusaknya ekosistem Danau Poso, sehingga ancaman bencana ekologi dapat kita antisipasi.

Pemernitah Kabupaten Poso, telah menerbitkan Peraturan Daerah Kabupaten Poso, Nomor : 8 Tahun 2006, Tentang Daerah Aliran Sungai Dan Danau, secara tegas melarang kegiatan beberapa hal seperti; a)Membuang sampah domestik, baik yang bersifat organic maupun anorganik; b)Membuang sampah industri, limbah padat dan limbah cair; c)Membuang tinja; d)Melakukan pengemboman, pembiusan dan/atau penyetruman; e)Membuka dan/atau menggunakan lahan untuk perkebunan; f)Menggunakan alat tangkap pukat damper; g)Menggunakan alat tangkap jaring yang berdiameter kurang dari 2 (dua) inci; h)Menginteduksi jenis ikan dan tanaman tertentu yang membahayakan habitat lain; i)Melakukan kegiatan peternakan; j)Mengembangkan suatu tanaman tertentu yang dapat membahayakan okosistem di daerah aliran sungai dan danau; k)Menggunakan pestisida secara berlebihan; dan l)Melakukan kegiatan pertambangan galian C tanpa ijin.

Perda Tentang Daerah Aliran Sungai Dan Danau yang diterbitkan oleh Pemerintah Poso, sesungguhnya merupakan salah satu upaya pemerintah untuk melindungi ekosistem danau. Namun sayangnya, penerapan Perda ini terkesan tak pernah serius diterapkan. Dan bahkan, Perda ini tak pernah tersosialisasikan dengan baik kepada masyarakat.

Kita tentunya sangat berharap, kiranya Danau Poso yang indah dan kaya ini, akan dapat memberikan manfaat bagi kelangsungan hidup masyarakat yang tinggal disekitar danau. Dan tentu saja kita sebagai generasi yang ada saat ini, harus benar-benar bertanggungjawab menjaga dan melestarikan keberadaan Danau Poso, agar kita tak akan disalahkan generasi yang akan datang. Karena bumi tempat kita berpijak, merupakan titipan generasi kita yang akan datang. Sehingga kita harus bertanggungjawab, bumi ini tak akan mendatangkan bencana pada anak cucu kita. 

Jumat, 07 Januari 2011

Budidaya Rotifera


BUDIDAYA ROTIFERA
Oleh:
IWAYAN EKANATA
E 271 09 020


Rotifera adalah zooplankton yang biasa digunakan untuk pakan alami ikan, terutama untuk larva ikan yang ukurannya sangat kecil, seperti pada larva ikan malas (ikan betutu). Rotifera merupakan pakan awal larva Ikan. Untuk keperluan budidaya Rotifera, kita perlu membudidayakan Chlorella sp terlebih dahulu. Apabila kepadatan Chlorella sp. telah mencapai kepadatan tertinggi maka inokulasi bibit Rotifera ke dalam wadah Chlorella sp. dapat dilakukan.
Modul ini perlu bagi siswa yang akan menguasai kompetensi membudidayakan pakan alami yang diperlukan sebagai penunjang kompetensi lain seperti membudidayakan ikan air tawar, mendederkan benih ikan air payau dan ikan air laut. Modul lainnya antara lain Budidaya Chlorella, Budidaya Daphnia, dan Penetasan Artemia. Dalam modul Budidaya Rotifera ini akan dipelajari bagaimana cara Persiapan wadah dan media, penginokulasian bibit Rotifera dan pemupukan susulan media serta pemberian pakan dan pemanenan. Seluruh kegiatan ini perlu dilakukan dengan baik dan benar sehingga penyediaan pakan alami untBudidaya zooplankton, dalam hal ini Rotifera, merupakan pakan awal larva Ikan. Untuk keperluan budidaya Rotifera, kita perlu membudidayakan Chlorella sp terlebih dahulu. Apabila kepadatan Chlorella sp. telah mencapai kepadatan tertinggi maka inokulasi bibit Rotifera ke dalam wadah Chlorella sp. dapat dilakukan. Atau sebagian Chlorella sp. dipanen dan dipindahkan ke wadah budidaya Rotifera.
Cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan memberi pakan berupa ragi roti pada Rotifera. Berdasarkan penelitian–penelitian yang sudah dilakukan, ternyata Rotifera yang diberi pakan ragi roti dapat menghasilkan populasi sepuluh kali dibandingkan dengan yang diberi fitoplankton. Kedua cara budidaya di atas dapat dilakukan, sebab Rotifera termasuk zooplankton yang bersifat filter feeder yaitu cara makannya dengan menyaring partikel makanan dari media tempat hidupnya.
Beberapa persyaratan lingkungan yang diperlukan Rotifera, antara lain suhu media tidak terlalu tinggi, yang baik sedikit di bawah suhu optimum. Suhu optimum untuk Rotifera Brachionus sp. adalah 25oC, walaupun dapat hidup pada suhu 15–31oC. Selanjutnya pH air di atas 6,6 di alam, namun pada kondisi budidaya biasanya 7,5; ammonia harus lebih kecil dari 1 ppm; oksigen terlarut >1,2 ppm. Untuk cara budidaya dengan menggunakan Chlorella sp. Sebagai pakan Rotifera, maka prosedur penyiapan wadah dan media sama seperti pada budidaya Chlorella sp. Wadah budidaya Rotifera dapat dilihat pada Budidaya Rotifera 10 gambar di bawah ini. Pada saat kepadatan Chlorella sp. Mencapai puncak maka dilakukan inokulasi Rotifera; dan sehari (sesaat) sebelumnya pemupukan ulang perlu dilakukan. Tujuannya adalah agar supaya Chlorella sp. segera mendapatkan mineral sebelum populasi fitoplankton kekurangan mineral.

Wadah Budidaya Rotifera
Cara di atas menggunakan wadah budidaya Rotifera yang sama dengan wadah budidaya Chlorella sp. Cara ini mempunyai kelemahan, yaitu dengan adanya pemupukan ulang maka hal ini akan menyebabkan kualitas air kurang baik untuk Rotifera. Cara yang lebih baik adalah dengan membudidayakan Rotifera pada wadah terpisah, dan fitoplankton serta medianya dipanen dari wadah fitoplankton dan dimasukkan ke wadah budidaya Rotifera setiap hari. Kegiatan pertama untuk budidaya Rotifera adalah menyiapkan wadah yang bersih dan sudah disanitasi. Adapun cara penyiapan wadah dan air untuk budidaya Rotifera ini sama dengan persiapan dan air pada Selang aerasi Bak kultur Rotifera. Jika populasi fitoplankton sudah mencapai puncak maka sebagian fitoplankton bersama media dipindahkan ke wadah Rotifera. Wadah fitoplankton yang sudah berkurang volume airnya, biasanya ditambahkan 50% kembali air tawar, lalu dipupuk ulang. Penambahan fitoplankton ke wadah Rotifera dilakukan setiap hari. Penambahan dilakukan sampai hari ke 4 dan biasanya pada hari ke 5 panen Rotifera dapat dilakukan. Pada pemindahan Chlorella sp. Perlu digunakan saringan berupa kantong penyaring (plankton net) yang lubangnya 100 m, untuk mencegah kemungkinan terbawanya copepoda, yang nantinya akan memakan Rotifera. Pada budidaya Rotifera dengan menggunakan Chlorella sp. sebagai pakannya diperlukan wadah/bak budidaya Chlorella sp. Dan wadah/bak budidaya Rotifera sebanyak 6 : 1 (dalam volume). Artinya untuk menyiapkan makanan Rotifera dalam satu wadah diperlukan 6 wadah fitoplankton. Hal ini dilakukan karena populasi Chlorella sp. Harus disediakan setiap hari untuk makanan Rotifera. Populasi Chlorella sp. akan mencapai puncak 5-6 hari, dan Rotifera 2–3 hari. Artinya untuk satu siklus budidaya Rotifera diperlukan tiga kali panen Chlorella sp., supaya budidaya Rotifera berlanjut maka diperlukan wadah Chlorella sp. 2 x 3 wadah, yaitu 6 wadah (volume). Budidaya Rotifera dengan menggunakan Chlorella sp. Sebagai pakannya umum dilakukan di Panti Benih ikan karena biayanya murah.uk larva ikan tersedia dengan cukup.  

Tugas Pengantar Oseanografi


TUGAS :


PENGANTAR OSEANOGRAFI






Oleh:
IWAYAN EKANATA
E 271 09 020



PRODI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2010


1.    Jelaskan defenisi dan berikan contoh dari:
a.       Ridge                                          f.   Island arc
b.      Rise                                             g.   Mid oceanic volcanic island
c.       Trench                                         h.   Atol
d.      Abyssal plain                              i.    Seamount
e.       Continental island                       j.    Guyot
Jawab:
a.      Ritge
Merupakan proses peninggian yang terdapat di atas lantai lautan (sea floor) yang hamper sama adanya dengan gunung-gunug di ayas daratan. ritge ditandai dengan adanya sebuah lembah yang curam dikenal dengan sistem rift (rift valley).
b.      Rise
Merupakan proses peninggian yang terdapat di atas lantai lautan (sea floor) yang hamper sama adanya dengan gunung-gunug di ayas daratan. Rise ditandai dengan lereng yang tidak terlaru tewrjal disbanding Ridge.
c.       Trench
Bagian laut yang terdalam yang  berbentuk seperti saluran yang terpisah dan sangat dalam. Contoh: Java Trench.
d.      Abyssal plain
Yaitu wilayah yang relater datar dan terletak dikedalaman samdrah.
e.       Continental island,
Yaitu pulau-pulau yang secara geologis merupakan bagian benua, lali terpisah oleh latan. contohnya, madagaskar dan Greenland.
f.       Island Arc
Merupakan kumpulan pulau seperti Indonesia yang merupakan perbatasan dengan benua, tetapi dengan jenis batuan yang vulkanik.
g.      Mid oceanic volcanic island
Merupakan Pulau-pulau vulkanik yang ada di tengah lautan yang  Terletak jauh dari massa daratan.
h.      Atol
Yaitu, puncak gunung api yang habis, tinggal bentuk terumbu karang yang berbentuk melingkar.
i.        Sea mount
Yaitu gung laut yang ber bentuk seperti gunung merapi.
j.        Guyot
Gunung-gunung berapi yang memiliki puncak datar yang muncul dari dasar lantai lautan, tetapi tidak sampai kepermukaan.
 2.    Apa pengertian dari kata berikut ini:
Ø  Continental Shelf
Ø  Continental slope
Ø  Continental Rise
Jawab:
Ø  Continental shelf, adalah dasar lautan yang memiliki kedalaman 0-200 meter dan lebar 0-1.200 km di hitung dari garis pantai. Dangkalan korea, laut kuning, dangkalan sunda didaera barat Indonesia, dan dangkalan sahul di bagian timur.
Ø  Continental slope, adalah bidang miring yang melereng dari dangkalan benua menuju dasar lautan dengan kemiringan 1o- 35o. kedalaman nya lebih dari 200 m dari permukaan air laut.
Ø  Continental Rise, Daerah yang mempunyai lereng yang kemudian perlahan -lahan menjadi datar.