Powered By Blogger

Rabu, 15 Juni 2011

Laporan Manajemen Kualitas air



 
­I. PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang


Lebih kurang perempat bagian dari permukaan bumi tertutup oleh air. Dari segi ekosistem air dapat di bedakan menjadi air tawar, asin, laut, dan air payau. Dari beberapa air tersebut yang tersebar adalah air laut dan air payau, sisanya adalah air tawar yang justru dibutuhkan oleh manusia dan banyak jasad hidup lainnya untuk keperluan hidup.
Perairan merupakan suatu tempat dimana makhluk hidup khususnya organisme akuatik melakukan proses kehidupannya dan sebagai tempat yang sangat penting bagi organisme tersebut.  Suatu perairan didukung oleh faktor-faktor biotik dan abiotik yang akan saling berinteraksi satu sama lain.  Perairan  dapat dikategorikan beberapa jenis yang semuanya merupakan tempat yang baik untuk tempat budidaya yaitu terdiri dari laut, sungai, rawa, dan danau (Asmawi,1986).
1
 
Air yang merupakan tempat hidup bagi organisme akuatik ataupun organisme lainnya haruslah memenuhi beberapa faktor-faktor yang mendukung yaitu dari segi Kimia, Fisika maupun Biologi. Dari segi kimia air sebagai pembentuk unsur-unsur hara, mineral, gas-gas terlarut dan sebagainya. Dari segi fisika air merupakan tempat hidup yang menyediakan ruang gerak bagi organisme didalamnya.  Dari segi biologi air merupakan media untuk kegiatan biologi dalam pembentukan dan penguraian bahan-bahan organik (Jangkaru, 1999).
Oleh karena itu untuk mengetahui faktor-faktor atau parameter-parameter serta kadar yang terkandung di dalam perairan tempat budidaya, maka dilakukan Praktek Lapang Manajemen Kualitas Air.
1.2  Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dilakukan Praktek Lapang Manajemen Kualitas Air adalah untuk mengetahui apakah kualitas perairan yang terdapat pada kolam penduduk desa Tulo telah memenuhi syarat untuk kegiatan budidaya atau tidak. Sedangkan kegunaan dari praktek ini adalah mahasisiwa dapat mengetahui dan memecahkan masalah yang di hadapi oleh masyarakat desa setempat.
  

 
II.  TINJAUAN PUSTAKA
2.1   Definisi Kolam
Kolam dalam pengertian teknis adalah suatu perairan buatan yang luasnya terbatas, sengaja dibuat manusia dan mudah dikuasai. Mudah dikuasai di sini berarti mudah diisi air, mudah dikeringkan, dan mudah diatur menurut kehendak kita (Susanto, 2009).
Kolam berbentuk segi tiga berfungsi membentuk badan air di dalamnya yang dalam, dangkal, deras, tenang, dan tanpa endapan di dasarnya (Jangkaru, 2000).
2.2  Parameter Biologi Air
2.2.1  Flora ( Tumbuhan Tingkat Tinggi)
Tumbuhan air atau hidrofolik ialah golongan yang mencakup semua tumbuhan yang hidup di air Bersauh (berakar dalam lumpur dan dasar air) atau tidak. Disamping tipe mikroskopik yang mengapung bebas dan berenang-renang yang merupakan dasar utama pembentukan kategori tersendiri yang di sebut plankton. Golongan hidrofolok cenderung melintas memotong golongan lainnya dan dengan itu sering ditiadakan dari spectrum biologi (Polunin, 1994).
 
Flora di suatu wilayah yang biasanya dijelaskan dalam istilah biologi untuk menyertakan genus dan spesies tanaman hidup, pilihan mereka tumbuh berkembang biak atau kebiasaan, dan sambungan ke satu sama lain di lingkungan juga (http://ferrytaryono.wordpress.com/2009/08/06/pengertian-flora-fauna/).

2.2.2 Fauna ( Hewan Tingkat Tinggi)

Menurut Odum (1996), Pada perairan tawar, hewan yang paling umum mendominasi adalah hewan-hewan dari golongan hewan bertulang belakang yakni ikan.  Ikan-ikan tersebut berada pada setiap lapisan perairan baik pada zona litoral dan zona limnetik.  Hal ini disebabkan oleh kemampuan gerak ikan. Biasanya ikan-ikan bergerak bebas antara zona litoral dan limnetik, akan tetapi sebagian besar ikan-ikan menghabiskan waktunya di daerah litoral dan kebanyakan dari mereka berkembangbiak di daerah tersebut.
2.3  Parameter Kimia Air
2.3.1  pH
Air hujan pada umumnya bersifat asam akibat kontak dengan karbondioksida dan senyawa sulfur alami di udara. Sulfur dioksida, nitrogen oksida serta hasil emisi industri lainnya akan lebih meningkatkan ke asaman air hujan. Adapun air murni bersifat netral (PH 7), pada kondisi demikian maka ion-ion penyusunnya (H+ dan OH) akan terdisosiasi pada keadaan setimbang (Irianto, 2005).

Menurut Susanto (1991), keasaman air atau yang populer dengan istilah pH air sangat berperan dalam kehidupan ikan. Pada umumnya pH yang sangat cocok untuk semua jenis ikan berkisar antara 6,7 – 8,6. Namun begitu, ada jenis ikan yang karena hidup aslinya di rawa-rawa, mempunyai ketahanan untuk tetap bertahan hidup pada kisaran pH yang sangat rendah ataupun tinggi, yaitu antara 4 – 9, misalnya ikan sepat siam.
2.3.2  Oksigen Terlarut (DO)
Menurut Mills dalam Effendi (2003), Atmosfer bumi mengandung oksigen sekitar 210 ml/liter. Oksigen merupakan salah satu gas yang terlarut dalam perairan. Kadar oksigen yang terlarut dalam perairan alami bervariasi, tergantung pada suhu, salinitas, turbulensi air, dan tekanan atmosfer. Semakin besar suhu dan ketinggian (altitude) serta semakin kecil tekanan atmosfer, kadar oksigen terlarut semakin kecil.
Menurut Zonneveld dalam Kordi (2004), Kebutuhan oksigen mempunyai dua aspek, yaitu kebutuhan lingkungan bagi spesies tertentu dan kebutuhan konsumtif yang tergantung pada keadaan metabolisme ikan. Perbedaan kebutuhan oksigen dalam suatu lingkungan bagi ikan dari spesies tertentu di sebabkan oleh adanya perbedaan struktur molekul sel darah ikan, yang mempengaruhi hubungan antara tekanan parsial dalam air dan derajat kejenuhan oksigen dalam sel darah.
 Proses respirasi akar tanaman air yang menyerap oksigen dari udara dan melepaskan karbondioksida yang menyebabkan aerasi buruk akan terjadi akumulasi karbondioksida dan defisit oksigen. Konsekuensinya respirasi akar dan aktifitas mikrobia aerobik mutlak membutuhkan oksigen yang terlibat dalam penyediaan hara akan terganggu (Hanafiah, 2005).
2.3.3  Karbondioksida Terlarut
Proses oksidasi akan mengeluarkan gas karbondioksida terlarut yang akan di gunakan lagi oleh tumbuhhan air untuk melakukan proses fotosintesis. Bakteri aerob yang hidup dalam air juga membutuhkan oksigen dalam proses pencernaan bahan organik yang berada dalam air (Khiatuddin, 2003).
Gas karbondioksida di atmosfer, bersama-sama dengan gas hidrogen monoksida (HO), gas metan (CH4) juga disebut gas-gas rumah kaca karena gas-gas tersebut ikut berperan terhadap terjadinya proses pemanasan global melalui peranannya dalam meningkatkan suhu atmosfer (Asdak, 2007).
Karbondioksida sangat mudah larut dalam pelarut, termasuk air. Dalam jumlah atau kadar tertentu, karbondioksida ini dapat merupakan racun. Ikan mempunyai naluri yang kuat dalam mendeteksi kadar karbondioksida dan akan berusaha mengghindari daerah atau area yang kadar karbondioksidanya tinggi (Lesmana, 2005).
 2.3.4  Alkalinitas
Kapasitas air tawar di tentukan oleh alkalinitas karbonat dan secara umum di gambarkan sebagai setara dengan mg/liter kalsium karbonat (Irianto, 2005).
Alkalinitas merupakan penyangga (buffer) perubahan pH air dan indikasi kesuburan yang diukur dengan kandungan karbonat. Alkalinitas adalah kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam tanpa penurunan nilai pH larutan (http://id.wikipedia.org/wiki/Alkalinitas).
Alkalinitas adalah suatu parameter kimia perairan yang menunjukan jumlah ion carbonat dan bicarbonat yang mengikat logam golongan alkali tanah pada perairan tawar (http://maswira.wordpress.com/2009/02/01/alkalinitas/).
2.3.5  Kesadahan
   Menurut untung (2002), kesadahan air menunjukkan tingkat kandungan mineral seperti kalsium, magnesium dan seng di dalam air. Jika kandungan unsur-unsur mineral tersebut tinggi maka air tersebut termasuk “keras” (hardness).
Tidak semua ikan dapat hidup pada nilai kesadahan yang sama. Dengan kata lain, setiap jenis ikan memerlukan prasarat nilai kesadahan pada selang tertentu untuk hidupnya.  Disamping itu, kesadahan juga merupakan petunjuk yang penting dalam hubungannya dengan usaha untuk memanipulasi nilai pH. (http://www.o-fish.com/parameter_air.htm).




2.3.6  Ca dan Mg
Kesadahan umum atau "General Hardness" merupakan ukuran yang menunjukkan jumlah ion kalsium (Ca++) dan ion magnesium (Mg++) dalam air. Ion-ion lain sebenarnya ikut pula mempengaruhi nilai GH, akan tetapi pengaruhnya diketahui sangat kecil dan relatif sulit diukur sehingga diabaikan (http://www.geocities.com/wpurwakusuma/parameter_air.htm).
Nilai kandungan kalsium (Ca2+) terlarut akan digunakan untuk menganalisis pengaruh litologi terhadap komposisi kimia air tanah. Magnesium (Mg2+) sebagai kation yang dijadikan parameter besar kecilnya pengaruh pelarutan litologi dalam air (http://wiretes.wordpress.com/2010/01/14/sifat-kimia-airtanah/).
2.4  Parameter Fisika Air
2.4.1 Salinitas
Salinitas merupakan salah satu parameter lingkungan yang mempengaruhi proses biologi dan secara langsung akan mempengaruhi kehidupan organisme antara lain yaitu mempengaruhi laju pertumbuhan, jumlah makanan yang dikonsumsi, nilai konversi makanan, dan daya kelangsungan hidup (http://nopensetiawan.blogspot.com/2008/05/pengaruh-salinitas-terhadap-pertumbuhan.html).


Brotowidjoyo (1995), reproduksi pada ikan dipengaruhi oleh kadar air, air juga mempengaruhi distribusi dan lama hidup ikan serta orientasi migrasi. Kadar garam yang terkandung dalam air dapat juga mempengaruhi regulasi osmotik dan menentukan banyaknya telur-telur ikan dalam kolam budidaya atau mempengaruhi reproduksi ikan.              
2.4.2 Suhu
Suhu suatu perairan sangat dipengaruhi oleh musim, lintang dan ketinggian dari permukaan laut. Waktu dalam suatu hari dan sirkulasi udara, penutupan awan dan aliran serta kedalaman dari perairan. Menurut pernyataan Boyd Suhu perairan yang optimal yaitu kisaran 25 – 32 ºC (http//ideiyanhariini.blogspot.com/2007/02/oksigen terlarut.html).
Menurut Irianto (2005), organisme air memiliki derajat toleransi terhadap suhu dengan dengan kisaran tertentu yang sangat berperan bagi pertumbuhan, inkubasi telur, konversi pakan dan resistensi terhadap penyakit. Organisme air akan mengalami stres bila terpapar pada suhu diluar kisaran yang dapat ditoleransi. Pada dasarnya suhu rendah memungkinkan air mengandung oksigen lebih tinggi, tetapi suhu rendah menyebabkan stres pernapasan pada ikan berupa menurunnya laju pernapasan dan denyut jantung.
Suhu air mempunyai pengaruh yang besar terhadap proses pertukaran zat atau metabolisme dari makhluk hidup. Hal ini terbukti dari jumlah plankton yang banyak terdapat pada daerah yang beriklim sedang dibandingkan dengan daerah yang beriklim panas yang mempunyai jumlah plankton yang sedikit. Pada perairan yang terdapat pada iklim yang panas proses perombakan berlangsung dengan cepat sehingga plankton-plankton yang dihasilkan didaerah tersebut tidak mempunyai kesempatan untuk mencapai jumlah yang besar. Selain itu juga, Suhu mempunyai kadar oksigen yang terlarut mengalami kejenuhan oksigen (Asmawi, 1986).
2.4.3  Kedalaman
   Dilihat dari kedalamannya, suatu perairan dapat dibedakan menjadi dua zona atau mintakat yakni zona litoral yang dangkal dan masih bisa ditembus oleh cahaya matahari, zona profundal merupakan zona yang tidak dapat ditembus oleh cahaya matahari.  Kedua zona ini merupakan bagian dari zona benthal (Barus, 2002).    
2.4.4  Kecerahan, Kekeruhan dan Warna perairan
Kekeruhan air dapat dianggap sebagai indikator kemampuan air dalam meloloskan cahaya yang jatuh kebadan air, apakah cahaya tersebut kemudian disebarkan atau diserap oleh air. Semakin kecil tingkat kekeruhan suatu perairan, semakin dalam cahaya dapat masuk kedalam badan air, dan demikian semakin besar kesempatan bagi vegetasi akuatis untuk melakukan proses fotosintesis (Asdak, 2007).
Kecerahan adalah ukuran transparansi perairan atau sebagian cahaya yang diteruskan. Kecerahan air tergantung pada warna dan kekeruhan yang diungkapkan dengan satuan meter sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran dan padatan tersuspensi. Selain itu kecerahan sangat dipengaruhi oleh kedalaman perairan karena semakin dalam perairan maka daerah yang dalam tidak mampu lagi dijangkau oleh cahaya (http//ideiyanhariini.blogspot.com/2007/02/oksigen terlarut.html).


 
III. METODE PRAKTEK

3.1  Waktu dan Tempat
Praktek Lapang Mata Kuliah Manajemen Kualitas Air ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 01 Juni 2011, bertempat di Balai Benih Ikan Sentral (BBIS), Desa Tulo, Kecamatan Dolo, Kabupaten Sigi.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah alat tulis menulis, dan alat dokumentasi. Bahan yang gunakan adalah kuisioner untuk wawancara.
3.3  Prosedur Kerja
            Adapun cara kerja praktek lapang manajemen kualitas air ini adalah dengan melakukan pengamatan langsung pada tempat atau wadah yang di gunakan untuk budidaya ikan lele di balai benih ikan di desa tulo serta melakukan wawancara kepada masyarakat setempat yang memiliki kolam mengenai kualitas air pada kolam pembudidaya.



IV.          

 
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1     Hasil
Berdasarkan praktek lapang yang telah dilakukan di Balai Benih Ikan Sentral (BBIS) Tulo diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 1. Parameter Kualitas Air Saat Pengamatan
No

Parameter
Biologi
Kimia
Fisika
1.
BBI
-     Keong Mas
-     Ikan Mas
-     Ikan Lele

Tidak Ada
-       Suhu 27 0C-37 0C
-       Kedalaman 15 cm untuk kolam penampungaan benih
-       Kedalaman ± 30 cm untuk kolam pembesaran
2.
Kolam Masyrakat
-          Kangkung
-          Bunga Teratai
-          Keong Mas
-          Ikan Mas
-          Ikan Nila
Tidak Ada
-       Suhu 27 0C-37 0C
-       Kedalaman kolan pembesaran ± 40 cm


 

Tabel 2. Parameter Kualitas Air Saat Perlakuan
No
Parameter
Perlakuan
BBI
Kolam Masyarakat
1.
Biologi
-    Keong Mas :
Disimpan dalam bak yang berada di sebelah bak penampungan ikan karena dapat dijadikan Pakan alami untuk ikan lele.
-    Ikan Mas:
apabila keadaan air menjadi keruh maka segera dilakukan pergantian air.
-    Ikan Lele:
apabila keadaan air menjadi keruh maka segera dilakukan pergantian air.
-    Keong mas:
masyarakat biasanya menanganinya dengan mengunakan pestisida yang diberikan pada saat persiapan lahan. Atau mengangkat satu persatu koeng tersebut dari kolam kemudian memusnahkannya.
-    teratai dan kangkung:
dibiarkan disekitar kolam karena kangkung juga dapat di jadikan pakan alami bagi ikan.
-    Ikan mas dan ikan nila:
merupakan organisme yang bidudidayakan.
2.
Kimia
-    Pengapuran:
dilakukan pada saat persiapan lahan atau sebelum penebaran benih. Pengapuran bertujuan untuk menaikkan pH tanah yang bersifat asam menjadi netral.
-    tidak ada
3.
Fisika
-    Kekeruhan:
dilakukan Penyaringan dengan mengunakan batu dan ijuk.
-    Konstruksi bak penyaringan:
dibuat zigzag bertujan agar kualitas air terjaga dan kotoran atau lumpur dapat mengendap.
-    Suhu:
tergantung pada kedalaman kolam dan melakukan pengisian air.

4.2  Pembahasan
4.2.1 Parameter Biologi Air
Dari hasil praktek di Balai Benih Ikan Sentral di desa Tulo kami menemukan bahwa organisme-organisme yang terdapat di dalam maupun sekitar kolam pemijahan seperti keong mas dapat di manfaatkan sebagai pakan alami bagi ikan-ikan yang  di budidayakan, karena  keong  memiliki nilai protein yang tinggi.                                                       
Hal ini sesuai dengan pernyataan yang menyatakan bahwa disatu sisi keong mas dianggap sebagai hama, tapi disisi lain keong sangat bermanfaat sebagai sumber nutrisi alternatif bagi ternak dan ikan. Keong mas (setelah dicincang) merupakan makanan campuran sebagai sumber protein yang murah. Selain mengandung banyak protein, keong mas juga kaya akan kalsium  http://wahyonouji76.wordpress.com/2009/03/25/keong-mas-sebagai-nutrisi-alami-alternatif-edited-by-uji-wahyono/).
Pada kolam masyarakat, keong mas merupakan hama yang dapat mengganggu ikan-ikan yang di budidayakan oleh masyarakat. Karena jumlahnya berlebihan, maka masyarakat perlu melakukan pemberantasan keong ini secara masal. Masyarakat di desa tulo yang memiliki kolam melakukan pemberantasan keong ini dengan menggunakan pestisida. Karena keong sangat cepat untuk berkembang  biak jika di biarkan. Sesuai dengan pernyataan yang menyatakan bahwa keong emas merupakan hama yang cepat berkembang biak jika tidak dibasmi. Selain menabur racun, keong emas juga dapat di basmi dengan cara dipungut langsung yang selanjutnya dibakar atau dihancurkan (http://www.waspada.co.id/index.php?Itemid=26&catid=13:aceh&id=167932:keong-emas-resahkan-petani&option=com_content&view=article).
4.2.2 Parameter Kimia Air
Pengapuran kolam di Balai Benih Ikan Sentral di desa Tulo dilakukan bertujuan untuk menaikkan pH tanah yang masam menjadi netral selain itu pengapuran juga bertujuan untuk membunuh hama dan penyakit pada bak.  Jika tidak dilakukan pengapuran, maka tingkat keasaman tanah akan dapat mengakibatkan kematian pada organisme yang di budidayakan. Sesuai dengan adanya pernyataan yang menyatakan bahwa pengapuran dan pemupukan kolam tujuannya yaitu untuk membunuh bibit penyakit (http://hobiikan.blogspot.com/2010/01/pengapuran-dan-pemupukan-kolam-ikan.html).
4.2.3 Parameter Fisika Air
 Pada bak penampungan di Balai Benih Ikan Sentral Desa Tulo, suhunya mencapai ± 27  0C – 37  0C. Ini merupakan suhu yang normal yang bisa di toleransi oleh organisme yang di budidayakan. Sesuai pernyataan yang menyatakan bahwa suhu suatu perairan sangat dipengaruhi oleh musim, lintang dan ketinggian dari permukaan laut. Suhu perairan yang optimal yaitu kisaran 25 – 32 ºC (http//ideiyanhariini.blogspot.com/2007/02/oksigen terlarut.html).
Untuk kedalaman pada bak penampungan mencapai ± 15 cm sedangkan kedalaman kolamnya mencapai  ± 30 cm. Berbeda dengan apa yang kita lihat pada kolam masyarakat di desa tulo, kedalaman kolamnya mencapai ± 40 cm. Hal ini bertujuan untuk menjaga volume air pada kolam tetap terjaga. Kolam yang ada di Balai Benih Ikan Sentral Desa Tulo lebih baik di bandingkan dengan kolam masyarakat setempat, karena kolam tanah pada umumnya volume airnya tidak menentu karena beberapa faktor, biasanya terjadi kerusakan pematang, dan terdapat lubang-lubang pada pematang yang diakibatkan oleh hewan perusak yang menyebabkan air dapat keluar. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang menyatakan bahwa kondisi kolam tanah rentan terhadap terjadinya kebocoran kolam akibat hewan perusak seperti kepiting, dan akibat tekanan air dari dalam dan luar kolam, terutama apabila hujan deras, pada kolam tanah sulit untuk mengontrol hewan predator, sulit mengontrol debit air yang masuk (http://hobiikan.blogspot.com/2010/01/kekurangan-dan-kelebihan-kolam-tanah.html).
  
V.              

 
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil Praktek Lapang Mata Kuliah Manajemen Kualitas Air, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu:
1.       Keong emas dan kangkung dapat di jadikan pakan alami bagi ikan.
2.       Nilai pH dapat dinaikkan hingga menjadi normal dengan melakukan pengapuran pada kolam namun dalam jumlah yang diperhitungkan
3.       Suhu perairan yang optimal yaitu berkisar antara 25 – 32 ºC.
4.       Kondisi kolam tanah rentan terhadap terjadinya kebocoran di bandingkan dengan kolam beton.
5.2    Saran
Dari data praktek lapang di desa Tulo, kecamatan Dolo, kabupaten Sigi kami sebagai praktikan ingin menyarankan untuk praktikum selanjutnya alat yang di gunakan lebih lengkap agar praktikan dapat mengukur parameter kimia pada kolam-kolam masyarakat.